sudahkah ana mengunjungi www.my-indonesia.info ? situs tersebut adalah bagian dari promosi wisata Indonesia, yang diharapkan bisamenarik minta banyak wisatawan manca negara untuk datang ke Indonesia, yang saya permasalahkan disini adalah harganya yang kurang masuk diakal. 17 milyar, yang lebih menyakitkan lagi uang sebesar itu diambil dari APBN. sungguh miris bila mendengarnya, saya merasa bahwa dana tersebut terlalu besar. sedikit perbandingan, situs Presiden SBY saja hanya menghabiskan sekitar 84 juta. itupun sudah dilengkapi dengan fasilitas keamanan tercanggih untuk saat ini. lalu bagaimanakah dengan my-indonesia.info?

dari data DNS record, my-indonesia hanya memiliki 1 alamat IP, yaitu 203.211.140.139. IP tersebut berasal dari Singapura, yakni di Qala data center. Qala adalah data center termurah di Singapura, karena backbone mereka yang tidak sekuat data center yang lain.jadi bagaimana kalau situs tersebut di serang hacker? atau ada masalah dengan jaringan mereka? yang jelas situs tersebut akan langsung "down" dan tak bisa di akses

dikutip dari http://blog.andrisetiawan.com/2007/12/11/my-indonesiainfo-menelusuri-dalang-175-milyar/

selain itu ada hal - hal aneh lainnya menyangkut situs tersebut, misal adanya iklan adsense. ini aneh sekali! padahal situs resmi semacam my-indonesia.info harusnya bebas dari konten berbau adsense dan semacamnya, bukankah ini situs promosi? koq malah memajang konten promosi orang lain? lalu untuk apa hasil dari memajang konten adsense tersebut? untuk tambahan biaya operasional?. saya curiga bahwa konten adsense tersebut di pasang oleh developer dari my-indonesia.com yaitu indo.com. memang belum ada bukti yang bisa saya bawa disini, tapi silahkan anda cek sendiri.

dikutip dari http://www.dexno.com/mongkey-business/kecurangan-yang-dilakukan-indocom-terhdap-situs-depbudpar.html

dan yang terakhir soal desain, saya merasa bahwa template website gratisan yang banyak tersedia di internet malah lebih bagus dan menarik dari my-indonesia.info, yang membuat saya heran adalah, kenapa berat sekali untuk dibuka? ternyata hal tersebut dikarenakan terlalu banyaknya konten yang seakan dijejalkan bagitu saja di halaman depan. apakah desainernya malas atau amatiran?

selain itu meta tagnya juga kosong. HAH!!! meta tag kosong? apakah desainernya tidak pernah belajar SEO? sekedar info, meta tag berguna sebagai tanda pengenal dari suatu website, agar dikenali oleh search engine. jadi meta tag ini sangat penting untuk mempromosikan website tersebut (di search engine). bila meta tag tersebut dikosongkan, bagaimana orang akan tahu tentang situs tersebut?

dikutip dari http://www.rayofshadow.com/blog/selamat-atas-diresmikannya-situs-my-indonesia-dot-info/

yang paling konyol adalah, situs tersebut sampai sekarang masih menampilkan logo "visit Indonesia 2009", yang dengan sangat jelas berarti bahwa situs tersebut belum / tidak di update. lalu buat apa buat situs mahal - mahal tapi tidak up to date? memang berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk update?

sungguh mengecewakan bagi situs yang bertitel resmi tapi kualitasnya masih kalah dengan situs personal, belum lagi dana yang dikeluarkan sepertinya juga banyak di "mark up", dan masih banyak lagi. ah! pokoknya saya kecewa sekali dengan situs ini. tapi harapan saya semoga pariwisata Indonesia (yang sempat jelek karena berbagai peristiwa bom - boman) tidak terpengaruh oleh jeleknya situs my-indonesia.com.

  

Diposting oleh Unknown Senin, 29 Maret 2010

1 Responses to situs seharga 17 milyar

  1. Anonim Says:
  2. Saya sudah check,semua yang anda sebut diatas tidak saya temukan di web tersebut....
    Mungkin saja saat anda menulis ini dan sedang bernafsu membeberkan kekurangan atau mencari kelemahan orang, si designer nya memang sedang dihadapkan dengan beberapa persoalan terkait, atau bisa jadi memang sedang dikerjakannya...
    Saya sarankan, jangan terlalu buru2 menjudge sesuatu...kalau anda merasa lebih baik,,,gunakan lah kemampuan anda untuk membimbing orang lain, bukan mencari kesalahan orang lain...ingat, diatas langit masih ada langit...terima kasih

     

Subscribe here